Kamis, 24 November 2016

Pendidikan dan Pembangunan



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pendidikan dan pembangunan nasional merupakan hal yang saling berkaitan. Kualitas pendidikan di Indonesia akan sangat berpengaruh dalam majunya negeri ini. Dewasa ini banyak lontaran kritik terhadap sistem pendidikan yang pada dasarnya mengatakan bahwa perluasan kesempatan belajar cenderung telah menyebabkan bertambahnya pengangguran tenaga terdidik dari pada bertambahnya tenaga produktif yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Kritik ini tentu saja beralasan karena data sensus penduduk memperhatikan kecenderungan yang menarik bahwa proporsi jumlah tenaga penganggur lulusan pendidikan yang lebih tinggi ternyata lebih besar dibandingkan dengan proporsi penganggur dari lulusan yang lebih rendah (Ace Suryadi, 1993: 134).
Dalam konteks pembangunan bangsa pendidikan hendaknya dipahami dalam dua dimensi. Pertama, pendidikan harus dapat meningkatkan kecerdasan masyarakat dan pada gilirannya dapat mendongkrak kesejahteraan kehidupan bangsa. Pada dimensi lain, pendidikan harus berkontribusi pada bidang-bidang pembangunan lain, sehingga tampak jelas ketertautan atau kontribusi pendidikan terhadap bidang lain. Selama ini, ketertautan atau kontribusi itu belum tampak benar, terutama dalam bentuk angka-angka kuantitatif pertumbuhan ekonomi, baru pada tingkat analisis kualitatif. Oleh karena itu, salah satu penyebab rendahnya komitmen pemerintah terhadap pembangunan pendidikan di Indonesia karena kontribusi pendidikan belum tampak secara nyata dalam hitungan-hitungan (kalkulasi) sektor ril terlebih Indonesia pada saat yang sama masih membutuhkan pembangunan infrastruktur fisik.
Pada dasarnya pembangunan pendidikan difokuskan untuk memperluas kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat di setiap jenjang pendidikan hingga SLTP, serta untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan dengan perkembangan dunia usaha. Disadari bahwa meskipun upaya perbaikan pendidikan telah berlangsung cukup lama, namun mutu pendidikan selama ini masih belum memenuhi harapan. Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia, yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang sangat cepat. Kenyataan ini sudah lebih dari cukup untuk mendorong pakar dan praktisi pendidikan melakukan kajian sistematik untuk membenahi atau memperbaiki sistem pendidikan nasional. Agar lulusan sekolah mampu beradaptasi secara dinamis dengan perubahan dan tantangan itu, pemerintah melontarkan berbagai kebijakan tentang pendidikan yang memberikan ruang yang luas bagi sekolah dan masyarakatnya untuk menentukan program dan rencana pengembangan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing.
Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM.Oleh karena itu, pendidikan juga merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh sektor pembangunan.Makalah ini akan membahas mengenai esensi pendidikan dan pembangunan, pembangunan sistem pendidikan nasional, peranan pendidikan dalam pembangunan.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa pertanyaan yang terkait pendidikan dan pembangunan nasional, yaitu:
1.      Bagaimana hubungan antara pendidikan dan pembangunan?
2.      Apa peran pendidikan formal dan kontribusinya?
3.      Faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan pembangunan?
4.      Bagaimana asumsi masyarakat tentang pendidikan?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
Ø  Mengetahui hubungan antara pendidikan dan pembangunan.
Ø   Mengetahui peran pendidikan formal dan kontribusinya.
Ø  Mengetahui faktor yang mempengaruhi perubahan pembangunan.
Ø  Mengetahui asumsi masyarakat tentang pendidikan.
Ø  Untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.
Ø  Memenuhi tugas mata kuliah pengantar pendidikan.














BAB II
PEMBAHASAN


A.      Pembangunan Pendidikan
Menurut faham umum kata pembangunan lazim diartikan dengan pembangunan ekonomi dan industri yang selanjutnya diasosiasikan dengan pembangunan fisik. Persepsi yang keliru dengan menganggap bahawa pembangunan itu semata-mata hanya mencakup pembangunan material berdampak pada terhambatnya pembangunan sistem pendidikan, sebab pembangunan itu semestinya mencakup manusia dan lingkungannya.
Di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara dinyatakan dengan jelas bahwa tujuan dari pembangunan nasional ialah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara Republik  Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bersatu dalam suasana peri kehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan ini dapat dikatakan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia. Berhasil atau tidaknya program pembangunan ini, faktor manusia memegang peranan yang sangat penting, sehinggga diperlukan manusia-manusia Indonesia yang baru dan peka terhadap perubahan dan pembaharuan. Oleh karena itu, pembangunan dalam bidang pendidikan penting sekali. Pertama, karena pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan bangsa, dan pembangunan nasional meliputi seluruh aspek kehidupan bangsa. Kedua, pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan syarat mutlak bagi berhasilnya seluruh progaram pembangunan itu sendiri.
Menurut Farrel, hakekat pembangunan nasional meliputi tiga unsur pokok, yaitu:
1)      Generasi yang lebih baik dalam suatu bangsa (pembangunan ekonomi).
2)      Distribusi yang semakin merata untuk mendapatkan akses kesehatan (pembangunan sosial).
3)      Organisasi struktur pembuat keputusan (pembangunan politik).

Pendidikan tidak memberikan arti apa-apa dalam suatu masyarakat jika masih terdapat jurang perbedaan struktur ketidakadilan sosial. Anak-anak yang memiliki prestasi rendah walaupun berpendidikan tinggi tidak semujur anak-anak kaya karena:
1)      Bursa tenaga kerja (mungkin karena sistem politik) dapat dimanipulasi  oleh pembuat keputusan untuk memepertahankan sanak saudara (KKN).
2)      karena sistem pendidikan telah berkembang lebih cepat daripada sektor-sektor ekonomi modern, maka terdapat “pengangguran terdidik” yang memiliki dampak negatif pada anak-anak golongan ekonomi lemah daripada anak-anak yang hidup berkecukupan; dan atau 3) karena sistem pendidikan berkembang dengan cepat, kualifikasi pendidikan jadi menurun. Pekerjaan-pekerjaan yang beberapa tahun lalu hanya menuntut ijasah pendidikan dasar mungkin sekarang menuntut ijasah pendidikan menengah atau di atasnya.
Pembangunan dalam bidang pendidikan ini adalah sangat penting karena membangun pendidikan berarti membangun manusia-manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan nasional. Sedangkan keberhasilan pembangunan nasional terutama ditentukan oleh faktor manusianya.
Oleh karena itu perlu pembangunan dan pembaharuan yang menyeluruh dalam dunia pendidikan Indonesia. Sistem pendidikan yang lama sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan pembangunan sekarang. Hal ini terbukti dari gejala-gejala yang terdapat dalam masyarakat bahwa:
a)      Para pelajar dan lulusan sekolah kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memecahkan maslah yang dihadapinya dalam masyarakat.
b)      Mereka kurang bisa menerapkan pengetahuan yang didapatnya dari sekolah.
c)      Para pemakai lulusan dari berbagai jenis dan tingkatan sekolah tidak puas dengan keahlian yang dimiliki lulusan tersebut.
d)     Banyaknya putus sekolah dan jumlah pengangguran intelektuil di masyarakat.

Menurut Langeveld, setiap pendidikan selalu berurusan dengan manusia karena hanya manusia yang dapat dididik dan harus selalu dididik. Manusia dipandang sebagai subyek pembangunan karena manusia menggarap lingkungannya secara dinamis. Perekayasaan terhadap lingkungan ini lazim disebut pembangunan. Jadi, pendidikan mengarah ke dalam diri manusia, sedang pembangunan mengarah ke luar, yaitu ke lingkungan manusia.
Pendidikan komparatif, menurut pandangan Albatch, Arnone, dan Kelly, membahas bagaimana negara-negara membuat perencanaan untuk melakukan ekspansi, meningkatkan dan mendemokratisasikan sistem pendidikan. Pendidikan komparatif ini mencakup tema-tema perluasan dan reformasi pendidikan, pemerataan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, dan hasil-hasilnya. Secara khusus, perhatian pendidikan komparatif ini adalah pemerataan  kesempatan untuk mencapai hasil pendidikan bagi kelompok-kelompok yang secara tradisional tidak menguntungkan. Pendidikan  komparatif ini memberikan sumbangan bagi pendidikan para pembelajar yang profesional, untuk pembuatan kebijakan dan praktek yang jelas, dan penciptaan pengetahuan dengan cara memberikan sejumlah kategori dan cara-cara pembahasan yang lebih analisis tentang realitas pendidikan dan masyarakat.

B.       Pendidikan Formal sebagai Agen Perubahan
Sekolah merupakan lingkungan pendidikan kedua setelah lingkungan rumah. Sekolah merupakan tempat latihan persahabatan dan persaudaraan. Suasana sekolah ditentukan oleh petugas-petugas yang berbeda-beda sehingga dapat menghilangkan kejenuhan. Banyak orang tua yang menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan bagi anak-anaknya itu kepada sekolah. Dengan demikian, guru di sekolah berperan sebagai pendidik pengganti orang tua yang harus bertanggung jawab atas pendidikan.
Program pendidikan dasar dan prasekolah bertujuan untuk:
1)      Memeperluas jangkauan dan daya tampung SD dan MI, SMP dan MTs dan lembaga pendidikan prasekolah sehingga menjangkau anak-anak dari seluruh lapisan masyarakat;
2)      Meningkatkan kesamaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi kelompok yang kurang beruntung, termasuk mereka yag tinggal di daerah terpencil dan kumuh perkotaan, daerah bermasalah, masyarakat miskin, dan anak yang berkelainan;
3)      Meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan prasekolah dengan kualitas yang memadai;
4)      Meningkatkan peranan komite sekolah meliputi perencanaan, implementasi dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan di sekolah; dan
5)      Meningkatkan pelaksanaan manajemen pendidikan dasar dan prasekolah berbasis pada sekolah dan masyarakat.
Sasaran yang akan dicapai oleh program pengembangan pendidikan sekolah tingkat dasar sampai dengan akhir tahun 2007 adalah
1)      Meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Kasar/Murni (APK/M) sekolah tingkat dasar,
2)      Meningkatnya daya tampung SLTP/MTs,
3)      Terlaksananya layanan pendidikan dasar bagi masyarakat miskin dan anak terlantar,
4)      Meningkatnya proporsi guru yang berpendidikan minimal D-2 untuk guru SD/MI dan minimal D-3 untuk guru SLTP/MTs,
5)      Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan dasar yang memadai, serta
6)      Terwujudnya manajemen pendidikan yang berbasis sekolah/masyarakat (school/community based management).
Pada hakekatnya sekolah sebagai lembaga pendidikan, salah satu fungsinya ialah menyiapkan anak didiknya agar mampu menyesuaikan diri dan mampu berpartisipasi secara aktif di dalam masyarakat yang terus mengalami perubahan dan perkembangan.
Oleh karena itu sekolah-sekolah dan dunia pedidikan harus  harus menyesuaikan diri dengan perkembangan. Di lingkungan sekolah (pendidikan formal), peserta didik dibimbing untuk memeperoleh bekal yang telah didapat dari lingkungan keluarganya berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Bekal yang dimaksud berupa bekal dasar lanjutan (dari SD dan sekolah lanjutan) ataupun bekal kerja langsung yang dapt digunakan aplikatif (Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi). Kedua macam bekal tersebut dipersiapkan secara formal yang berguna sebagai sarana penunjang di berbagai bidang.
Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa lembaga pendidikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap corak dan karakter masyarakat. Belajar dari sejarah perkembangannya lembaga pendidikan yang ada di Indonesia memiliki beragam corak dan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang melingkupi, mulai dari zaman kerajaan dengan bentuknya yang sangat sederhana dan zaman penjajahan yang sebagian memiliki corak ala barat dan gereja, dan corak ketimuran ala pesantren sebagai penyeimbang, serta model dan corak kelembagaan yang berkembang saat ini tentunya tidak terlepas dari kebutuhan dan tujuan-tujuan tersebut.
Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, yaitu untuk mengejar ketertinggalan di segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan global serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada tanggal 11 Juni 2003 telah mengesahkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang baru, sebagai pengganti Undang-undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989. Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang terdiri dari 22 Bab dan 77 pasal tersebut juga merupakan pengejawantahan dari salah satu tuntutan reformasi yang marak sejak tahun 1998.
Perubahan mendasar yang dicanangkan dalam Undang-undang Sisdiknas yang baru tersebut antara lain adalah demokratisasi dan desentralisasi pendidikan, peran serta masyarakat, tantangan globalisasi, kesetaraan dan keseimbangan, jalur pendidikan, dan peserta didik.
Sebagai sistem sosial, lembaga pendidikan harus memiliki fungsi dan peran dalam perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala lini. Dalam hal ini lembaga pendidikan memiliki dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan harapan untuk mencapai tujuan dari sebuah sistem. Kedua mengenali individu yang berbeda-beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan.
Kemudian sebagai agen perubahan lembaga pendidikan berfungsi sebagai alat :
1)Pengembangan pribadi
2) Pengembangan warga
3) Pengembangan budaya
4) Pengembangan bangsa
Peran sesungguhnya dari lembaga pendidikan adalah sebagai jembatan pengantar kita untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, sebagaimana dinyatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat pada dasarnya merupakan cita-cita dari pembangunan bangsa. Kesejahteraan dalam hal ini mencakup dimensi lahir batin, material dan spiritual. Lebih dari itu pendidikan menghendaki agar peserta didiknya menjadi individu yang menjalani kehidupan yang aman dan damai. Oleh karena itu pembangunan lembaga pendidikan diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan Indonesia yang aman, damai, dan sejahtera. Sejalan dengan realitas kehidupan sosial yang berkembang di masyarakat, maka pengembangan nilai-nilai serta peningkatan mutu pendidikan tentunya menjadi tema pokok dalam rencana kerja pemerintah dalam membangun lembaga pendidikan.
Pendidikan formal adalah lembaga pendidikan yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dengan jenis pendidikan:
1)      Umum
2)      Kejuruan
3)      Akademik
4)      Profesi
5)      Advokasi
6)      Keagamaan.
Pendidikan formal dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah (pusat), pemerintah daerah dan masyarakat
Pendidikan dasar yang merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah berbentuk lembaga sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (Mts) atau bentuk lain yang sederajad.
Sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar, bagi anak usia 0-6 tahun diselenggarakan pendidikan anak usia dini, tetapi bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur formal (TK, atau Raudatul Athfal), sedangkan dalam nonformal bisa dalam bentuk ( TPQ, kelompok bermain, taman/panti penitipan anak) dan/atau informal (pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Sedangkan Pendidikan menengah yang merupakan kelanjutan pendidikan dasar terdiri atas, pendidikan umum dan pendidikan kejuruan yang berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajad.
Yang terakhir adalah pendidikan tinggi yang merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah, pendidikan ini mencakup program pendidikan
1)      Diploma
2)      Sarjana
3)      Magister
4)      Doktor,
Perguruan tinggi memiliki beberapa bentuk, yaitu:
1)      Akademi
2)      Politeknik
3)      Sekolah tinggi
4)      Institut atau universitas
Secara umum lembaga-lembaga tinggi ini dibentuk dan diformat untuk menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, serta menyelenggarakan program akademik, profesi dan advokasi. Semua lembaga formal di atas diberi hak dan wewenang oleh pemerintah untuk memberikan gelar akademik kepada setiap peserta didik yang telah menempuh pendidikan di lembaga tersebut. Khusus bagi perguruan tinggi yang memiliki program profesi sesuai dengan program pendidikan yang diselenggarakan doktor berhak memberikan gelar doktor kehormatan (doktor honoris causa) kepada individu yang layak memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau seni.
Untuk menanggulangi permasalahan yang cukup aktual dan meresahkan masyarakat saat ini, seperti pemberian gelar-gelar instan, pembuatan skripsi atau tesis palsu, ijazah palsu dan lain-lain, pemerintah telah mengatur dan mengancam sebagai tindak pidana dengan sanksi yang juga telah ditetapkan dalam UU Sisdiknas yang baru (Bab XX Ketentuan Pidana, pasal 67-71).

C.      Sumbangan Pendidikan bagi Pembangunan
Pendidikan sebagi upaya bulat dan menyeluruh hasilnya tidak dapat segera dilihat. Ada jarak penantian yang cukup panjang antara dimulainya proses usaha dengan tercapainya hasil. Namun demikian jika ditinjau secara seksama tidaklah dapat dipungkiri bahwa andil yang diberikan oleh pendidikan pada pembangunan sungguh sangat besar. Jika pembangunan merupakan system  makro, maka pendidikan merupakan sebuah komponen atau bagian dari pembangunan. Kita tidak bisa memungkirinya bahwa sumbangan pendidikan pada pembangunan sangatlah besar, meskipun hasilnya tidak bisa kita lihat dengan segera. Tapi ada jarak penantian yang cukup lama antara proses dimulainya usaha dengan hasil yang ingin dicapai. Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya:
1)      Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi.
2)      Segi Lingkungan Pendidikan
Klasifikasi ini menunjukkan peran pendidikan dalam berbagai lingkungan atau sistem. Lingkungan keluarga(pendidikan informal), lingkungan sekolah (pendidikan formal), lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal), ataupun dalam sistem pendidikan prajabatan dan dalam jabatan.
3)      Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan meliputi pendidikan dasar (basic education), pendidikan lanjutan, menengah, dan pendidikan tinggi.
4)      Segi Pembidangan
Kerja atau Sektor Kehidupan Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi bidang ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan lain-lain.

D.    Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional
Bagian ini akan mengemukakan dua hal yaitu mengapa sistem pendidikan harus dibangun dan wujud sisdiknas.
1)     Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun
Sistem pendidikan perlu dibangun agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Manusia cenderung berupaya untuk mendekatkan dirinya pada kesempurnaan, untuk itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, termasuk sistem pendidikan.
Selain itu, pengalaman manusia juga berkembang. Itulah sebabnya mengapa sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas teka teki mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan.
2)     Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan
Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain saling terkait, yaitu aspek filosofis dan keilmuan, yuridis, struktur, dan kurikulum.
a.      Hubungan Antar Aspek-aspek
Aspek filosofis keilmuan dan yuridis menjadi landasan bagi aspek-aspek yang lain, karena memberikan arah pada aspek-aspek lainnya. Meskipun aspek filosofis menjadi landasan, tetapi tidak harus diartikan bahwa setiap terjadi perubahan filosofis dan yuridis harus diikuti dengan perubahan aspek-aspek yang lain secara total.
b.      Aspek Filosofis dan Keilmuan
Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasioanal pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan nasional yang etntunya memberikan peluang bagi pengembanga hakikat manusia yang kodrati yang berartipula bersifat wajar. Bagi kita pengembangan sifat kodrati manusia itu pararel dengan jiwa Pancasila.
c.      Aspek Yuridis
UUD 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya relatif tetap. Beberapa pasal yang melandasi pendidikan sifatnya eksplisit (pasal 31 ayat (1) dan (2); pasal (32)) maupun yang implisit (pasal 27 ayat (1) dan (2); pasal (34)).
Pasal pasal tersebut sifatnya masih sangat global dan perlu dijabarkan lebih rinci kedalam UU Pendidikan seperti UU Pendidikan No. 4 Tahun 1950, UU Pendidikan No. 12 Tahun 1954 dan disempurnakan lagi oleh UU RI No. 2 Tahun 1989.
d.      Aspek Struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan struktur pembangunan pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari jenjang yang satu ke jenjang yang lai, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan politik.

e.      Aspek Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan kurikuler berubah, maka kurikulum berubah pula. Perubahan tersebut dapat berupa materinya, orientasinya,pendekatannya maupun metodenya.


E.     Hubungan Pendidikan dengan Pembangunan
1.      Peranan Pendidikan Dalam Bidang Pembangunan Ekonomi.
Pendidikan memberi kontribusi secara signifikan terhadap pembangunan ekonomi telah menjadi kebenaran yang bersifat aksiomatik. Berbagai kajian akademis dan penelitian empiris telah membuktikan keabsahannya. Pendidikan bukan hanya melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. Karena itu, investasi di bidang pendidikan tidak saja berfaedah bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah.

Ada tiga paradigma yang menegaskan bahwa pembangunan merujuk knowledge based economy tampak kian dominan:
a.      Kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b.      Hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kian kuat dan solid.
c.      Pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi, yang mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang.
2.      Peranan Pendidikan Dalam Membangun SDM.
Pendidikan pada hakikatnya berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, secara hakiki, pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya pembangunan manusia. Upaya-upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Karena pendidikan merupakan hak setiap warga negara, di dalamnya terkandung makna bahwa pemberian layanan pendidikan kepada individu, masyarakat, dan warga negara adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Karena itu, manajemen sistem pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara terpadu, serta diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya bagi warga masyarakat, dengan mengutamakan mutu, efektivitas dan efisiensi. Upaya pembangunan pendidikan yang dilakukan memiliki landasan komitmen internasional, sebagai visi bersama berbagai negara di dunia, melalui kesepakatan yang dikenal dengan kesepakatan Dakkar-Senegal tahun 2000.
Kesepakatan Dakkar yang diimplementasikan dalam kesepahaman Education for All (EFA) meliputi enam komponen penting, yaitu:
a.    Pendidikan anak usia dini (PAUD)
b.   Pendidikan dasar
c.    Pendidikan keaksaraan
d.   Pendidikan kecakapan hidup (life skill)
e.    Kesetaraan dan keadilan gender
f.     Peningkatan mutu pendidikan.

3.      Pendidikan Dan Pengaruhnya Dalam Pembangunan Sosial.
a.    Pembangunan Berwawasan Kependudukan.
Secara sederhana pembangunan berwawasan kependudukan mengandung dua makna sekaligus, yaitu:
1)     Pembangunan berwawasan kependudukan
Pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada, penduduk harus dijadikan titik sentral dalam proses pembangunan. Penduduk harus dijadikan subjek dan objek dalam pembangunan. Pembangunan adalah oleh penduduk dan untuk penduduk.
2)     Pembangunan berwawasan kependudukan
Pembangunan sumberdaya manusia, pembangunan lebih menekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur semata-mata.
b.   Dimensi Penduduk dalam Pembangunan Nasional
Ada beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa penduduk merupakan isu yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional Berbagai pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Penduduk merupakan pusat dari seluruh kebijakan dan program pembangunan yang dilakukan. Dapat dikemukakan bahwa penduduk adalah subjek dan objek pembangunan. Jadi, pembangunan baru dapat dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti luas yaitu kualitas fisik maupun non fisik yang melekat pada diri penduduk itu sendiri.
2)      Keadaan penduduk yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai, akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan tingkat kualitas rendah, menjadikan penduduk tersebut hanya sebagai beban bagi pembangunan nasional.
3)      Dampak perubahan dinamika kependudukan baru akan terasa dalam jangka yang panjang. Karenanya, seringkali peranan penting penduduk dalam pembangunan terabaikan. Sebagai contoh, beberapa ahli kesehatan memperkirakan bahwa krisis ekonomi dewasa ini akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan seseorang pada 25 tahun ke depan atau satu generasi.


F.    Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya
Menurut paham umum kata “pembangunan”lazimnya diasosiasikan dengan pembangunan ekonomi dan industri yang selanjutnya diasosiasikan dengan dibangunnya pabrik-pabrik, jalanan, jembatan sampai kepada pelabuhan, alat-alat transportasi, komunikasi, dan sejenisnya.
Seperti yang dinyatakan dalam GBHN, hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir pembangunan adalah manusianya, yaitu dapatnya dipenuhi hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah, sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk religius, agar dengan demikian dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk.
Jika pembangunan bertolak dari sifat hakikat manusia, berorientasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratinya sebagai manusia maka dalam ruang gerak pembangunan, manusia dapat dipandang sebagai “objek” dan sekaligus juga sebagai “subjek” pembangunan.
Sebagai objek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang dibangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtisar ke dalam diri manusia, berupa pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan sikap terhadap lingkungannya, tekad hidup yang positif serta keterampilan kerja. Manusia sebagai sasaran pembangunan wujudnya diubah dari keadaan yang masih bersifat “potensial” ke keadaan “aktual”.
Potensi-potensi kebaikan yang perlu dikembangkan aktualisasinya seperti kemampuan berusaha, berkreasi, kesediaan menerima kenyataan, berpendrian, rasa bebas yang bertanggung jawab, kejujuran, toleransi, rendah hati, tenggang rasa, kemampuan bekerjasama, menerima, melaksanakan kewajiban sebagai keniscayaan, menghormati hak orang lain dan seterusnya.Manusia dipandang sebagai “subjek” pembangunan karena ia dengan segenap kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatif, baik terhadap sarana lingkungan alam maupun lingkungan sosial/ spiritual. Uraian di atas menunjukkan “status” pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam esensi pembangunan serta antar keduanya.

1.    Pendidikan merupakan usaha dalam diri manusia sedangkan pembangunan merupakan usaha ke luar dari diri manusia.
2.    Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan sarana, dan seterusnya).


G.    Pembangunan Nasional
1.    Batasan
Pembangunan ekonomi berarti suatu proses perubahan struktur produksi (pendapatan nasional) struktur penduduk dan mata pencaharian (lapangan kerja) dan struktur lalu lintas barang, jasa dan modal dalam hubungan internasional.
2.    Tujuan (masyarakat masa depan)
Pembangunan nasional Indonesia pada akhirnya harus bertujuan mencapai negara kesatuan yang berkedaulatan rakyat serta adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
3.    Strategi pelaksanaan
Strategi dasar pembangunan nasional Indonesia selama kurang lebih 30 tahun, baik jangka panjang maupun jangka pendek, bertumpu pada pembangunan ekonomi yang terkait dengan pembangunan bidang-bidang lainnya.
4.    Karakteristik
Pembangunan nasional merupakan :
·         Bentuk pengamalan Pancasila.
·         Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya.
·         Dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap dan berlanjut.
·         Pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat.
·         Trilogi pembangunan yaitu : pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan stabilitas sosial.
5.     Asas
Terdiri dari:
·         Kemampuan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
·         Manfaat.
·         Adil dan merata.
·         Keseimbangan, keserasian, keselarasan dalam perikehidupan.
·         Mandiri.
·         Hukum.
·         IPTEK
6.    Kedudukan Pembangunan Pendidikan
Mencakup 7 bidang yaitu :
1)      Bidang ekonomi.
2)      Bidan kesejahteraan rakyat, pendidikan dan kebudayaan.
3)      Bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4)      Bidang IPTEK.
5)      Bidang hukum.
6)      Bidang politik.
7)      Bidang pertahanan dan keagamaan.

H.    Peranan pembangunan Nasional
1.      Payung pembangunan pendidikan nasional yang berfungsi menjadi salah satu pembatas lingkungan pembangunan pendidikan nasional, dan parameter atau tolak ukur kontribusi keberhasilan fungsi pembangunan pendidikan nasional terhadap pembangunan nasional.
2.      Sumber yang memberikan masukan pada pembangunan pendidikan nasional berupa hasil-hasil pembangunan seperti informasi, energi (tenaga), bahan-bahan













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan bagi pemerintah.
Ada tiga paradigma yang menegaskan bahwa pembangunan merujuk knowledge-based economy tampak kian dominan, yakni:
1)      Kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2)      Hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kian kuat dan solid.
3)      Pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi, yang mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang.

B.     Saran
Dalam penyusunan makalah ini diharapkan agar para pembaca dapat lebih mengetahui tentang peranan  pendidikan dan pembangunan nasional serta lebih mengetahui tentang sistem-sistem pendidikan dan hubungan antara pendidikan dan pembangunan.

















DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2006. Human Development Index 2006-2007. Jakarta: BPS.
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar