Seringkali kekuasaan dipergunakan silih berganti
dengan istilah-istilah lainnya seperti pengaruh (influence) dan otoritas (authority).
Pelopor pertama yang memperguakan istilah kekuasaan adalah Max Weber. Dia
merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemungkinaan yang membuat seorang actor
di dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan
keinginannya sendiri dan menghilangkan halangan. Kekuasaan dipergunakan hanya
jika tujuan tujuan tersebut paling sedikit mengakibatkan perselisihan satu sama
lain. Russel mengartikan kekuasaan itu sebagaikan suatu produksi dari akibat
yang di inginkan. Bierstedt mengatakan bahwa kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempergunakan kekuatan. Wrong mrmbatasi kekuasaan hanya pada suatu control atas
orang lain yang berhasil.
Dahl mengatakan bahwa jika orang A mempunyai kekuasaan
atas orang B, maka A bisa meminta B untuk melaksanakan sesuatu yang tidak bisa
di lakukan oleh B terhadap A. dengan demikian, kekuasaan adalah suatu sumber
yang bisa atau tidak bisa di pergunakan. Penggunaan kekuasaan slalu
mengakibatkan perubahan dalam kemungkinan bahwa seseorang atau kelompok akan
mengangkat suatu perubahaan perilaku yang di inginkan. Perubahan ini dirumuskan
oleh rogers sebagai pengaruh. Dengan demikian pengaruh ruang lingkupnya
biasanya lebih sempit di bandingkan dengan kekuasaan. Ia merupakan kemampuan
seseorang untuk mengubah orang atau kelompok lain dalam cara yang spesipik
misalnya dalam kekuasaan dan pelaksanaan kerjanya.
Sebagai kesimpulan dari
rumusan tersebut yang dihubungkan dengan konsep kepemimpinan yang telah di
uraikan dimuka, maka pendapat Rogerst nampaknya dapat memberikan rumusan yang
bermakna bagi kepemimpinan. Kepemimpinan seperti yang dirumuskan di depan ialah
satu proses untuk mempengaruhi aktivitas-aktivitas individu atau kelompok dalam
usahanya untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Dengan demikian, secara
sederhana kepemimpinan adalah setiap usaha untuk mempengaruhi, sementara itu
kekuasaan dapat diartikan sebagai suatu potensi pengaruh dari seorang pemimpin
tersebut.
Dua
teori yang menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh atau hilang adalah:
a.
Teori Pertukaran Sosial
Menjelaskan bagaimana kekuasaan
diperoleh dan hilang saat terjadinya proses saling mempengaruhi seiring waktu
antara pemimpin dan bawahan dalam kelompok kecil dan menekankan pada kekuasaan
dan wewenang berdasarkan keahlian, dan bentuk lain dari kekuasaan tidak terlalu
dibahas. Bentuk
fundamental dari interaksi social adalah pertukaran manfaat atau bantuan, yang
bukan hanya meliputi manfaat material, tetapi juga manfaat psikologi, sepeti
pernyataan persetujuan, respek, penghargaan dan kasih sayang. Harapan anggota
mengenai peran kepemimpinan apa yang harus dimiliki seseorang dalam kelompok
terpengaruh oleh loyalitas orang itu dan kompetensi yang diperlihatkannya.
Besarnya setatus dan kekuasaan yang sesuai bagi sesorang adalah proporsional
terhadap evaluasi kelompok atas potensi kontribusi relatif orang tersebut
dengan anggota lainnya.
b.
Teori Kontingensi Strategis
Menjelaskan bagaimana diperoleh dan
hilangnya kekuasaan berbagai subunit dalam
organisasi (misalnya,departemen fungsional atau divisi produksi) dan implikasi
dari distribusi kekuasan tersebut untuk efektivitas organisasi dalam lingkungan
yang berubah. Teorinya mendalilkan bahwa kekuasaan dari sebuah subunit
tergantung pada tiga faktor : (1) keahlian dalam menanggulangi masalah yang
penting, (2) sentralitas dari subunit dalam alur pekerjaan, dan (3) tingkat di
mana keahlian dari subunit tersebut adalah unik, tidak dapat digantikan dengan
yang lainnya. Keberhasilan dalam menyelesaikan masalah penting adalah sumber
kekuasaan berdasarkan keahlian untuk subunit, sama seperti untuk individu.
Kesempatan untuk memperlihatkan keahlian dan memperoleh kekuasaan darinya lebih
besar bagi subunit yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah yang
keritis masalah di anggap kritis bila esensinya jelas berkaitan dengan
kelangsungan hidup dan kekayaan organisasi.
Meskipun dua teori tersebut berfokus pada proses kekuasan
pada berbagai level analisis yang berbeda, level-level tersebut memiliki
berbagai kesamaan keunggulan dan sebagai besar memiliki kecocokan. Kedua teori
menekankan pentingnya keahlian untuk memperoleh wewenang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar