Jumat, 23 Desember 2016

Kekuasaan Dapat Diperoleh Atau Hilang

Seringkali kekuasaan dipergunakan silih berganti dengan istilah-istilah lainnya seperti pengaruh (influence) dan otoritas (authority). Pelopor pertama yang memperguakan istilah kekuasaan adalah Max Weber. Dia merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemungkinaan yang membuat seorang actor di dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan menghilangkan halangan. Kekuasaan dipergunakan hanya jika tujuan tujuan tersebut paling sedikit mengakibatkan perselisihan satu sama lain. Russel mengartikan kekuasaan itu sebagaikan suatu produksi dari akibat yang di inginkan. Bierstedt mengatakan bahwa kekuasaan adalah kemampuan untuk mempergunakan kekuatan. Wrong mrmbatasi kekuasaan hanya pada suatu control atas orang lain yang berhasil. 

Dahl mengatakan bahwa jika orang A mempunyai kekuasaan atas orang B, maka A bisa meminta B untuk melaksanakan sesuatu yang tidak bisa di lakukan oleh B terhadap A. dengan demikian, kekuasaan adalah suatu sumber yang bisa atau tidak bisa di pergunakan. Penggunaan kekuasaan slalu mengakibatkan perubahan dalam kemungkinan bahwa seseorang atau kelompok akan mengangkat suatu perubahaan perilaku yang di inginkan. Perubahan ini dirumuskan oleh rogers sebagai pengaruh. Dengan demikian pengaruh ruang lingkupnya biasanya lebih sempit di bandingkan dengan kekuasaan. Ia merupakan kemampuan seseorang untuk mengubah orang atau kelompok lain dalam cara yang spesipik misalnya dalam kekuasaan dan pelaksanaan kerjanya.

Sebagai kesimpulan dari rumusan tersebut yang dihubungkan dengan konsep kepemimpinan yang telah di uraikan dimuka, maka pendapat Rogerst nampaknya dapat memberikan rumusan yang bermakna bagi kepemimpinan. Kepemimpinan seperti yang dirumuskan di depan ialah satu proses untuk mempengaruhi aktivitas-aktivitas individu atau kelompok dalam usahanya untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Dengan demikian, secara sederhana kepemimpinan adalah setiap usaha untuk mempengaruhi, sementara itu kekuasaan dapat diartikan sebagai suatu potensi pengaruh dari seorang pemimpin tersebut. 
 
Dua teori yang menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh atau hilang adalah:
a.      Teori Pertukaran Sosial
Menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh dan hilang saat terjadinya proses saling mempengaruhi seiring waktu antara pemimpin dan bawahan dalam kelompok kecil dan menekankan pada kekuasaan dan wewenang berdasarkan keahlian, dan bentuk lain dari kekuasaan tidak terlalu dibahas. Bentuk fundamental dari interaksi social adalah pertukaran manfaat atau bantuan, yang bukan hanya meliputi manfaat material, tetapi juga manfaat psikologi, sepeti pernyataan persetujuan, respek, penghargaan dan kasih sayang. Harapan anggota mengenai peran kepemimpinan apa yang harus dimiliki seseorang dalam kelompok terpengaruh oleh loyalitas orang itu dan kompetensi yang diperlihatkannya. Besarnya setatus dan kekuasaan yang sesuai bagi sesorang adalah proporsional terhadap evaluasi kelompok atas potensi kontribusi relatif orang tersebut dengan anggota lainnya.
b.       Teori Kontingensi Strategis
Menjelaskan bagaimana diperoleh dan hilangnya kekuasaan berbagai subunit dalam organisasi (misalnya,departemen fungsional atau divisi produksi) dan implikasi dari distribusi kekuasan tersebut untuk efektivitas organisasi dalam lingkungan yang berubah. Teorinya mendalilkan bahwa kekuasaan dari sebuah subunit tergantung pada tiga faktor : (1) keahlian dalam menanggulangi masalah yang penting, (2) sentralitas dari subunit dalam alur pekerjaan, dan (3) tingkat di mana keahlian dari subunit tersebut adalah unik, tidak dapat digantikan dengan yang lainnya. Keberhasilan dalam menyelesaikan masalah penting adalah sumber kekuasaan berdasarkan keahlian untuk subunit, sama seperti untuk individu. Kesempatan untuk memperlihatkan keahlian dan memperoleh kekuasaan darinya lebih besar bagi subunit yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah yang keritis masalah di anggap kritis bila esensinya jelas berkaitan dengan kelangsungan hidup dan kekayaan organisasi.
 Meskipun dua teori tersebut berfokus pada proses kekuasan pada berbagai level analisis yang berbeda, level-level tersebut memiliki berbagai kesamaan keunggulan dan sebagai besar memiliki kecocokan. Kedua teori menekankan pentingnya keahlian untuk memperoleh wewenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar