TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Tahap Preparasi Bijih Secara Kimia
Tahap preparasi bijih
secara kimia bertujuan untuk mengubah persenyawaan kimia dari mineral-mineral
yang terkandung dalam bijih sehingga mudah diproses dalam tahap ekstraksi.
Tahap preparasi kimia ini disebut juga tahap praolahan yang meliputi Roasting (pemanggangan), Calcination (kalsinasi) dan Agglomeration (aglomerasi) (Oediyani.
2007). Proses pra olahan dapat didefinisikan sebagai pengerjaan bijih pada
temperatur tinggi, tetapi masih di bawah temperatue leleh komponen-komponennya
dengan tujuan untuk mengubah senyawa-senyawa logam yang terkandung menjadi
bentuk senyawa-senyawa lain yang lebih sesuai dengan persyaratan yang
diinginkan oleh tahap ekstraksi selanjutnya. (Haryono. 2006).
2.2.1 Roasting
(Pemanggangan)
Definisi roasting
adalah proses pemanasan suatu bijih/konsentrat di bawah temperatur lelehnya,
disertai dengan penambahan reagen
(biasanya gas) dengan tujuan untuk mengubah bentuk senyawa-senyawa yang
terkandung, sesuai untuk proses selanjutnya. Proses pemanggangan ini
kadang-kadang merupakan proses ekstraksi atau proses pemurnian, jadi agak menyimpang
dari definisi di atas (Haryono. 2006).
Jenis-jenis pemanggangan :
1.
Pemanggangan Oksidasi
2.
Pemanggangan Reduksi
3.
Pemanggangan Chlorinasi
4.
Pemanggangan Khusus
2.2.2 Aglomerasi
proses penggumpalan dari material halus menjadi lebih
besar ukurannya yang terdiri dari beberapa jenis yaitu: Bricketing,
Nodulizing ,Sintering, Peletizing.
2.2.3
Kalsinasi
Proses kalsinasi didefinisikan sebagai
pengerjaan bijih pada temperatur tinggi tetapi masih di bawah titik leleh
dengan disertai penambahan reagen dengan maksud untuk mengubah bentuk senyawa
dalam konsentrat. Proses kalsinasi ini umumnya merupakan penguraian
senyawa.kimia. Karena penguraian yang terjadi disebabkan karena temperatur maka
biasa disebut dengan dekomposisi termal. Di dalam industri metalurgi,
proses kalsinasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan
terpisah. Langsung maksudnya adalah batu kapur CaCO3 langsung dimasukkan ke dalam tanur,
sehingga pada temperature 9000C, akan terjadi kalsinasi dan di dapat
kapur bakar CaO. (Haryono. 2006)
2.2 Batu Kapur
Batu kapur
didefinisikan sebagai batuan padat yang
mengandung banyak kalsium karbonat, berwarna putih, abu–abu kuning tua,
abu-abu kebiruan, jingga dan hitam. Berat jenisnya 2,6 – 2,8 gr/cm3 dan dalam
keadaan murni berbentuk kristal kalsit, terdiri dari CaCO3. apabila
diberi larutan asam (HCL), batu kapur akan larut dan mengeluarkan gas tak
berbau yaitu CO2, kalsinasi batu kapur pada suhu agak tinggi akan
melepaskan gas CO2 dan sisanya disebut “quicklime“ yang terdiri dari
kalsium oksida (CaO). Apabila quiklime
tersebut di beri air, maka akan terjadi penghidaratan yang cepat menjadi
kalsium hydroksida (Ca(OH)2) atau disebut “hydrated lime“ (Oates,1998). Kalsit dalam jumlah kecil terbentuk
sebagai hasil reaksi air yang mengandung karbonat dengan kalsium silikat.
Selain itu merupakan juga komponen dari batuan sedimen.
Menurut
Boynton (1980), kapur aktif adalah bahan galian yang banyak digunakan pada :
1.
Bahan
bangunan, pengeras jalan dan untuk campuran bangunan.
2.
Bahan
baku untuk portland cement, semen alam dan kalk
zandsteen.
3.
Industri
keramik, terutama dalam pembuatan gelas.
4.
Industri
kimia, untuk bahan baku pembuatan kalsium dalam pabrik gula,
5.
pembuatan
gas CO2, CaC2, CaO, bahan–bahan kedokteran, pasta, pencegah penyakit tanaman
dan untuk pembuatan pupuk.
6.
Industri
logam, kapur dipergunakan sebagai flux dan bahan bahan tahan api.
2.2.1 Sifat–sifat fisik dan kimia batu kapur (limestone)
Dalam Oates (1998), warna batu kapur
menggambarkan tingkat dan kealamian dari
adanya pengotor (impurity). Warna
putih mempunyai kemurnian yang tinggi, warna abu-abu dan corak gelap disebabkan
oleh material karbon atau sulfida besi, kuning dan warna susu atau merah
mengindikasikan adanya campuran besi dan mangan. Jadi impurity pada batuan
kapur akan menghasilkan perbedaan warna dan pola. Impurity yang biasanya ada pada batu kapur adalah
galena (PbS), sphalerite (ZnS), barite (BaCO3), haematite (Fe2O3)
dan fluorite (CaF2)
2.3 Kalsinasi
Batu Kapur
Kalsinasi adalah proses penghilangan air, karbon dioksida
atau gas lain yang mempunyai ikatan kimia dengan bijih. Contoh: hidrat,
karbonat. Kalsinasi adalah thermal
treatment yang dilakukan terhadap bijih dalam hal ini batu kapur agar
terjadi dekomposisi dan juga untuk mengeleminasi senyawa yang berikatan secara
kimia dengan batu kapur yaitu karbon dioksida dan air. Proses yang dilakukan
adalah pemanggangan dengan temperatur yang bervariasi bergantung dari jenis
senyawa karbonat. Kalsinasi
adalah proses yang endotermik, yaitu memerlukan panas hal ini dapat dilihat
dari nilai ΔHo yang positif. Panas diperlukan untuk melepas ikatan kimia dari air kristal karena dengan
panas maka ikatan kimia akan menjadi renggang dan pada temperatur tertentu
atom-atom yang berikatan akan bergerak sangat bebas menyebabkan terputusnya
ikatan kimia. Panas juga diperlukan untuk mengoksidasi batu kapur menjadi
oksidanya. Panas mengalir
secara konduksi ke seluruh bagian batu kapur. Kalsinasi batu kapur mengacu
kepada proses thermal decomposition
menjadi quicklime (kapur bakar) dan
karbon dioksida. Reaksi untuk thermal
decomposition kalsium karbonate
adalah ;


Rate penguraian batu kapur pada proses kalsinasi
dipengaruhi oleh :
1. Karakteristik batu kapur
2. Distribusi ukuran partikel
3. Bentuk dari partikel
4. Temperatur pada daerah kalsinasi
5. Rate perpindahan panas antara gas dan partikel
Untuk mengurangi proses pembakaran yang tidak
sempurna/tidak merata biasa dikurangi dengan memperkecil ukuran batu kapur
pada proses pembakaran, sehingga akan
mengurangi impuritinya dan pembakaran yang sempurna akan menghasilkan kandungan
kapur (CaO) yang lebih tinggi. Kualitas dari proses pembakaran tergantung pada
:
1. Distribusi ukuran partikel
2. Bentuk
3. Kontaminasi dengan partikel tanah
4. Kebersihan permukaan
5. Konsistensi
Dalam furnace ada tiga zone pemanasan dalam kalsinasi yakni:
1.
The
preheating zone
Batu
kapur dipanaskan sampai 800oC, belum terjadi reaksi kalsinasi.
2.
The
reaction zone
Batu kapur dipanaskan dengan suhu 900oC,
temperatur efektif untuk proses kalsinasi batu kapur. Dalam zone ini terjadi reaksi kalsinasi.
3.
The
cooling zone
Batu
kapur yang dipanaskan, dalam zone ini
didinginkan sampai suhu 100oC.
Dalam
aplikasinya di industri, kalsinasi dilakukan dalam berbagai furnace, diantaranya yaitu:
1.
Untuk
kuarsa, CaCO3, digunakan Shaft
Furnace.
2.
Untuk
lumps digunakan Rotary Kiln.
3. Untuk
material of uniform dengan ukuran
kecil digunakan Fluidized Bed.
Panas mengalir secara konduksi ke seluruh bagian batu
kapur. Laju kalsinasi batu kapur memiliki persamaan dengan reaksi yang dikendalikan
oleh difusi. Dengan ukuran dan bentuk butiran yang sama, semakin tinggi
temperatur semakin cepat proses dekomposisi. Waktu yang diperlukan dalam proses
kalsinasi bergantung pada ukuran dan bentuk dari butiran batu kapur. Dengan
temperatur yang sama semakin kecil ukuran semakin cepat proses kalsinasi,
bentuk yang bulat,akan mempercepat proses kalsinasi.
METODE
PERCOBAAN
3.1 Diagram
Alir Percobaan
Adapun diagram alir percobaan ini adalah
sebagai berikut :
![]() |
|||
![]() |
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan
3.1
Alat
dan Bahan
3.2.1
Alat yang digunakan
1. Tube Furnace
2. Neraca
Teknis
3. Penjepit
4. Mesin
Grinda
5. Sarung
Tangan
6. Stopwatch
7. Jangka
Sorong
8. Crucible
3.2.2
Bahan yang digunakan
1. Batu
kapur 3 buah
2.3
Prosedur
Percobaan
1.
Mempersiapkan
3 buah batu kapur yang akan digunakan.
2.
Membentuk
batu kapur tersebut menjadi bentuk bola, segitiga dan kubus dengan volume yang berbeda.
3.
Menimbang
berat dan ukuran batu kapur.
4.
Memanaskan
batu kapur pada 900o selama 15 menit
untuk fraksi bola, segitiga dan
kubus
5.
Setelah
dilakukan pemanasan, mengeluarkan sampel batu kapur dengan penjepit dan
mendinginkan batu kapur tersebut kemudian ditimbang kembali.
6.
Melakukan
pengamatan dan pembahasan data hasil berat dan ukuran batu kapur tersebut.
7.
Membuat
kesimpulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar