2.1
Korosi
Korosi
adalah suatu reaksi redoks antara logam dengan berbagai zat yang ada di lingkungannya
sehingga menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam kehidupan
sehari-hari korosi kita kenal dengan sebutan perkaratan. Jika dilihat dari
sudut pandang kimia, korosi pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion
pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan
beroksigen. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa
korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi.
Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3 . XH2O
suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi dapat dikatakan sebagai suatu proses perusakan atau degradasi
material logam yang terjadi secara alamiah(Oediyani.S,1999). Atau menurut definisinya korosi adalah
kerusakan material padat karena lingkungannya. Lingkungan yang dapat menimbulkan
proses korosi pada material padat memiliki ruang lingkup yang sangat luas.
Beberapa contoh lingkungan yang biasa terjadi korosi adalah lingkungan laut,
lingkungan bawah tanah, lingkungan suhu tinggi, lingkungan mekanik dan lain
sebagainya.
Material logam yang diambil dari bumi akan
kembali kebumi secara alamiah pula melalui proses korosi .Maka korosi adalah
suatu gejala alam yang tidak dapat dihindari atau dicegah. Karenanya setiap
material logam tidak akan lepas dari proses korosi, kecuali golongan logam
mulia.
2.2
Korosi
Merata (uniform corrosion)
Korosi merata dapat diketahui dengan baik karena
tampilan serangannya yang menyeluruh dan seragam pada semua permukaan logam .
Pada umumnya korosi merata ini tidak mempunyai sifat protektif mandiri yang
baik, sehingga mekanisme korosi di semua tempat berlangsung tanpa hambatan yang
berarti. Korosi
merata menyerang pada logam yang memiliki struktur atau komposisi kimia yang
sama bila dilihat melalui jendela thermodinamika korosinya. Jenis korosi ini
terjadi bila lingkungan korosi memiliki akses yang sama pada logam. Kerugian
dari korosi merata merata ini adalah, benda kerja yang terkorosi harus diganti
semua bila korosi telah merusak seluruh permukaan logam. Tetapi korosi ini pun
memiliki keuntungan, karena sifat dari korosi yang nampak dan merata pada
seluruh bagian benda kerja maka dapat dilihat secara visual bila logam
terkorosi. Sehingga dapat ditentukan berapa lama umur dari benda kerja ini akan
efektif. Selain itu pengendalian terhadap korosi ini pun akan jauh lebih mudah.[ D.L. Graver.1985]

Gambar
2.1 Bentuk
Korosi Merata
2.3 Mekanisme Korosi Merata
Korosi merata
termasuk dalam aqueous corrosion. Sehingga korosi yang terjadi karena
lingkungan air. Untuk dapat menentukan suatu logam terkorosi atau tidak,
bukanlah suatu perkara yang mudah. Seperti suatu mesin, korosi juga memiliki
suatu cara kerja atau mekanisme terjadinya korosi. Maka untuk menentukannya
kita harus melihat mekanisme korosi itu sendiri. Mekanisme korosi merata ini
terbagi menjadi 2 macam, yaitu secara thermodinamika korosi dan secara kinetika
korosi .

Gambar
2.2 Diagram Pourbaix untuk Fe
Thermodinamika korosi hanya menjelaskan bahwa logam itu terkorosi atau
tidak terkorosi
tetapi tidak dapat menerangkan laju korosi itu sendiri. Beberapa alat untuk
menerangkan proses korosi secara thermodinamika adalah deret galvanik, diagram
pourbaix, diagram ellingham dan kurva polarisasi. Untuk menentukan suatu logam
berada pada daerah imun, korosif, pasif atau pasivasi, kita dapat melihat
diagram pourbaix pada gambar 2.2.
Berikut ini adalah contoh korosi pada besi
(dilihat dari thermodinamika korosi) :





Bila dilihat dari
diagram diatas, maka korosi ini terjadi secara elektrokimia. Maka logam akan
terdiri dari anoda (cenderung lebih aktif dan E lebih negatif) dan katoda
(cenderung noble dan E lebih positif). Untuk menentukan potensial dari suatu
logam, dapat dilihat melalui deret galvanik. Karena beda potensial yang terlalu
besar pada suatu logam akan mengakibatkan terjadinya korosi. Dari sini dapat
ditentukan suatu harga kesetimbangan pada keadaan tersebut dengan persamaan
Nerst
Untuk kinetika
korosi, korosi terjadi karena adanya 8 tahapan reaksi pada permukaan logam.
Delapan tahapan tersebut adalah :
- Terjadinya reaksi anodik pada permukaan logam (logam terlepas membentuk ion-ion logam).
- Terjadinya reaksi katodik (perpindahan elektron).
- Laju difusi oksigen kepermukaan logam dan berikatan dengan logam.
- Laju difusi ion logam menjauhi loogam induk.
- Terbentuknya lapisan tipis presipitat yang terdiri dari oksida logam, hidroksida logam, dan garam dari logam tersebut.
- Difusi ion logam yang menembus lapisan endapan yang porous sehingga menambah ketebalan dari lapisan tersebut.
- Difusi ion logam atau oksigen kepermukaan kontak yang berada diantara oksdida dengan logam dan oksida dengan larutan.
- terdapat konduktifitas listrik pada daerah permukaan anoda dan katoda.
9.
Dari delapan tahapan tersebut maka akan membentuk suatu rate
determining steps. Dari sini terjadilah suatu aktivasi kontrol atau reaksi
yang mengontrol laju korosi tersebut. Pada proses korosi yang melakukan
aktivasi kontrol adalah laju difusi. Hal ini karena laju dari reaksi
elektrokimia yang sudah cepat sehingga energi aktivasi akan dikontrol oleh laju
difusi.
Sebagai contoh
korosi merata pada baja karbon rendah dalam larutan berair, mekanismenya dapat
dijelaskan seperti di bawah ini :
a.
Pada awalnya ada interaksi antara larutan berair dengan
permukaan baja yang bebas membentuk sel korosi mikro yang bersifat
elektrokimia, dimana butir kristal logam akan bertindak sebagai katoda karena
mempunyai energi yang relatif lebih rendah daripada unsur karbon atau senyawa
karbida dalam batas butir.
b. Reaksi
elektrokimia lebih lanjut akan terjadi antara butir kristal sebagai anoda
karena mempunyai energi yang lebih tinggi daripada produk korosi tahap pertama.
c. Produk
korosi yang sifatnya tidak melekat pada permukaan logam dasar, akan
mengakibatkan reaksi korosi secara elektrokimia berlangsung berkelanjutan.
2.4
Pengendalian
Korosi
Setelah kita mengetahui bagaimana korosi dapat
terjadi maka dapat dipilih salah satu teknik pengendalian korosi yang akan
dilakukan, tentunya dengan perhitungan-perhitungan teknis dari konsumen logam
tersebut. Terdapat beberapa cara untuk dapat mengendalikan korosi, yaitu dengan
cara :
- Alloying
Memilih dan menggunakan teknik memadukan logam agar
tercipta suatu material logam yang tahan terhadap karat (logam bersifat netral)
serta ekonomis.
- Desain
Membuat desain benda kerja yang umumnya tidak
membentuk sudut tajam serta benjolan atau gundukkan yang akan mengakibatkan
terjadinya aliran turbulen, terbentuknya celah pada desain benda kerja, dan
hindari adanya genangan air pada permukaan logam.
- Alterasi lingkungan
Menurunkan temperatur benda kerja, menurunkan
kecepatan aliran, menghilangkan kandungan oksigen, menguangi konsentrasi
ion-ion agresif.
- Penambahan inhibitor
Saat ini penggunaan inhibitor sudah dibatasi oleh
pemerintah karena akan menimbulkan kerusakan pada lingkungan serta berbahaya
bagi makhluk hidup didalamnya.
- Melakukan proteksi katodik
Mengubah potensial antarmuka logam dengan
ionnya kedaerah imun. Macam-macam dari
proteksi katodik adalah anoda korban (sacrificial anode) dan arus
dipaksakan (impress current)
- Coating
Dengan memperindah penampakkan permukaan logam.
Macam-macamnya yaitu, pelapisan logam (cladding, hot dipping,
electroplating, flame spraying), pelapisan organik (pengecatan), pelapisan
anorganik (konversi kimia, vitreous enamel, pelapisan portland cement).
Dari beberapa teknik pengendalian logam tersebut
semuanya memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing, maka seorang metallurgist
harus dapat menentukan cara apa yang paling tepat untuk digunakan. [ D.L. Graver.1985]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar