Untuk mengembalikan seseorang pada faam feminis dalam filosofi pendidikan tidaklah diperlukan mengembalikannya pada pelajaran gadis, wanita, gender. Tinjauan sekilas pada literatur bersangkutan mengajurkan, tetapi bahwa faam feminis di lapangan telah melakukan keduanya, tanpa disengaja. Seseorang menemukan diskusi pendidikan remaja perempuan dan wanita dan sedikit ketertarikan dalam gender sebagai kategori analisis pendidikan. Memang, walaupun di tahun 1984 Nodding secara eksplisit bertanda etika peduli “feminin”, bahkan ini cenderung menjadi curai dari gadis, wanita, dan gender. Banyak kontributor terhadap perluasannya telah di teruskan tanpa mengacu pada hubungan gendernya, dan Nodding sendiri telah menuliskan bahwa masalah gender “tidak selalu menyertai hal 2 yang seharusnya menjadi pusat ketertarikan bagi pengajar” (Katz, et al, 1999, ketertarikan bagi pengajar) “(Katz, et, al, 1999, p.7).
Faham feminis dalam filosofi pendidikan telah di tarik kembali dari kajian topik bahwa baru-baru ini ditemukan jalan mereka kedalam dunia pendidikan adalah ironis sejaarah seseorang. Tidak diragukan satu alasan untuk kemunduran ini ialah pada akhir 1980-an faham feminis melintasi disiplin menggugat satu sama lain esensialisme, ahistorisisme, generalisasi yang salah. Mengikuti jejak langkah mereka, berbagai filsuf feminis pendidikan telah dikaitkan pada label esensialis atau petunjuk lain pada aplikabilitasnya pada karya feminis pada wanita atau gender (misalnya Thompson, 1997: Leck, 1998). Keberatan utama mereka sudah bahwa konsep atau gender topeng berbeda dan beragam. Waktu ini terjadi, semua konsep melakukan ini. Lebih lanjut defini non esensialis gadis, wanita, gender dan konsep berkaitan lainnya bisa dan telah dibentuk (1994b). Sayangnya, walaupun penuduhan esensialisme tidaklah ditemukan, mereka telah difungikan sebagai segel resmi ketidak setujuan.
Beberapa teoritikus feminis percaya bahwa di masa depan yang iedal kategori gender akan jadi tidak penting sebaliknya yang lain penting. Tidak perlu mempertanyakannya disini, namun dimasa sekarang ini merupakan mengalakan diri sendiri untuk membagikan dengan gender dalam pelajaran pendidikan. Gender mungkin bukan kategori yang relevan dari analisis dalam setiap al ketertarikan, tapi pastinya dalam banyak hal. Masalahnya adala tidak mungkin tanpa mengetahui secara lanjut dimana dan dimana gender berbeda dan membuat perbedaan pada pertumbuhan dan perkembangan dari filosofi pendidikan. Tanpa perlu disebut, sensitivitas teradap gender diperlukan ika perbaikan pada kerusakan kekayaan budaya yang berkaitan dengan wanita diturunkan secara cepat. Tapi, sebuah pendekatan sensitivitas gender pada penelitiaan berkaitan dengan pendidikan bisa juga membuat aspek yang tampak dari sudut pandang pendidikan yang telah lama tidak terlihat (lihat, sebagai contoh, Martin 2000). Selanutnya, pengakuan/penghargaan terhadap sistem pendidikan gender yang mendasari teori pendidikan Barat dan praktek diperlukan jika kebijakan memperhatikan pendidikan gadis dan wanita-wanita serta juga anak laki-laki dan pria akan diterangi.
Dengan kata lain, ini terlalu dini bagi para filsuf pendidikan mengabaikan pelajaran gadis dan wanita, terlalu dini untuk mengentikan penggunaan alat analitik seperti konsep gender, reproduksi, menjadi ibu, dan identita gender yang hanya dikembangkan dan diperbaiki dalam dua puluh tahun terakhir. Lebih lanjut, tidak ada poin dalam biaya perbaikan kekayaan yang budaya yang rusak berhubungan dengan wanita atau kekayaan budaya seperti itu yang pada generasi masa depan sebagai warisan hidup. Selama ini belum ada berbagai praktek hal biasa tanpa kutipannya, kutipan negatif serta standar ganda yang dipeluk ole filsuf pendidikan feminis, bagaimana mungkin ini bisa bertahan diterima? Jika mereka tidak memuji karya feminis di lapangan, termasuk pelajaran suku mereka, dan mengantologi teks mereka, siapa yang akan diatas bumi?
Ini tidak perlu setuju dengan semua yang telah dikatakan ole ilmuan feminis untuk membangun ata skaryanya yang paling tidak terma ini sebagai titik awal seseorang. Ini belum bisa membantu untuk memikirkan tentang faham feminis sebagai pengikat dalam usaha secara kebersamaan, seeorang yang telah menerima semnagat bahkan sebagai perhatian pada penelitian yang biasa. Pandangan orang-orang ini yang memegang standar yang tinggi untuk diri mereka sendiri dan setiap orang lainnya namun tidak menuntut kesempurnaan. Ini faham/ilmuan dari latar belakang yang berbeda dan dengan perbedaan yang cukup jenis pelatihan siapa yang cukup ahli untuk melihat kesalahan asumsi dan jurang didalam penelitian wanita lainnya, cukup baik hati untuk memberikan kritikan yang membangun dan untuk mengenali konstribusi yang positif yang terkandung dalam karya lainnya, serta cukup bijak untuk mengenal bahwa cara mereka dalam melakukan penelitian bukanlah satu-staunya cara yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar